Senin, 26 Januari 2009

Perlukah Bakat Menulis?

Diposting oleh Unknown di 08.14 0 komentar
Perlukah Bakat Menulis?

"Yang mungkin diperlukan bukanlah suatu 'bakat' istimewa, tetapi lebih pada keinginan dan minat yang besar untuk mau belajar, membangun kebiasaan menuangkan gagasan lewat tulisan."
Andrias Harefa
(Penulis buku-buku best seller)

Sungguh saya tidak ingin anda berlama-lama membaca artikel ini. Hampir dalam setiap pembahasan mengenai tulis-menulis, orang bertanya atau berargumentasi soal perlu tidaknya bakat menulis. Perdebatan apakah seseorang perlu ada bakat dulu baru bicara menulis buku sesungguhnya tidak berguna. Katakanlah anda memvonis diri anda tidak berbakat, kemudian orang lain ikut-ikutan dengan cap yang anda buat tadi, maka menulis buku hanya akan tinggal mimpi belaka. Jika anda sudah lebih dulu memvonis diri anda tak berbakat menulis, tak mampu menulis, tak ada waktu menulis, tak ada ide untuk ditulis, maka jangan harap anda bisa membuat buku. Soal mampu atau tidak mampu, bakat atau tidak bakat, kadang itu hanya soal konstruksi mental yang keliru. Jika konstruksi mental sudah tidak pas, biasanya anda akan sulit melihat peluang-peluang yang bisa anda manfaatkan untuk merealisasikan gagasan-gagasan anda.

Jadi, pada kesempatan pertama ini, penting sekali untuk membenahi dulu keyakinan anda, bahwa menulis buku itu tidak sesulit yang anda duga, atau tidak memerlukan kemampuan-kemampuan yang melebihi rata-rata orang. Percayalah, semua orang bisa menulis buku, dengan satu dan lain cara. Contoh-contoh pada artikel sebelumnya telah membukakan wawasan kita, bahwa dari segala macam profesi, latar belakang sosial, pendidikan, bahkan latar belakang usia pun tak menghalangi orang untuk menulis buku.

Saya punya anggapan mendasar, jika anda pernah menulis buku harian, surat cinta, menulis puisi, membuat pantun, membuat ringkasan, menulis paper, menulis resensi buku, menyusun skripsi, menyusun rencana bisnis, menulis laporan, membuat presentasi, berarti anda punya bakat menulis. Ini semua merupakan cikal-bakal kemampuan menulis yang sangat potensial. Yang diperlukan adalah mengasah kemampuan tersebut, lalu memakai teknik yang tepat untuk menulis jenis buku yang anda inginkan.

Katakanlah anda tak pernah menulis sama sekali, tetapi anda adalah orang yang menguasai satu bidang tertentu yang unik, menguasai profesi anda, memiliki hobi yang menarik, memiliki kemampuan-kemampuan khusus yang layak jual, suka mendiskusikan hal-hal tersebut, suka mengajari orang lain untuk melakukannya, dan anda sangat menyukai bidang-bidang tadi, maka peluang menulis buku juga sangat besar.

Atau jika anda adalah orang yang suka presentasi, sering melakukan brainstorming, sering mendiskusikan ide-ide atau berita-berita terbaru, kerapkali diundang ceramah, hobi berpidato, berkotbah, mendongeng, sering diwawancarai wartawan, suka bersosialisasi, seorang public figure, serta memiliki pengalaman-pengalaman menarik yang layak dibagikan kepada orang lain, itu pun menjadi modal besar bagi perwujudan buku anda. Berbekal apa yang sudah ada dalam diri sendiri pun, anda sudah siap mengarungi proses penulisan buku yang sangat mengesankan.

=====

Perlukah Bakat Menulis?SocialTwist Tell-a-Friend

Tak Perlu Nunggu Dipenjara

Diposting oleh Unknown di 08.11 1 komentar
Tak Perlu Nunggu Dipenjara


"Apa pun yang bisa anda lakukan, atau anda impikan bisa anda lakukan, mulailah. Keberanian mempunyai kejeniusan, kekuatan, dan keajaiban di dalam dirinya."
J.W. von Goethe
(Pengarang Jerman)

Judul artikel di atas muncul saat saya berkelakar dengan teman yang banyak ide-ide menarik, tapi tak jua mampu menelorkan sebuah buku pun. Kami teringat Arswendo Atmowiloto yang justru mampu menikmati hari-harinya di penjara karena bisa terus menuangkan gagasan, dan akhirnya terbitlah bukunya Menghitung Hari - Hikmah Kebijaksanaan dalam Rumah Tahanan/Lembaga Pemasyarakatan (juga dijadikan sinetron). Kami juga teringat Rahardi Ramelan yang tersangkut kasus korupsi Bulog yang menerbitkan kisah pembelaan dirinya dalam buku berjudul Jalan Terjal Menegakkan Kebenaran tahun 2002 lalu.

Mengapa mengambil contoh-contoh tersebut? Ini merupakan salah satu bentuk mengkritisi kemalasan sendiri atau berbagai excuse untuk tidak menulis buku dengan alasan tidak ada waktu. Hampir semua orang sibuk mengatakan tidak punya waktu untuk membaca, apalagi menulis. Tapi jika kita berani menghitung secara persis waktu efektif yang kita gunakan untuk bekerja, sesungguhnya selalu ada sisa waktu untuk menulis. Bahkan, ternyata waktu yang tersedia sangat berlimpah.

Bagaimana mengukur kita punya waktu atau tidak? Pertama, harus ditegaskan apakah kita itu tipe orang yang sibuk total; Kedua, orang sibuk yang hanya punya waktu luang sedikit dan menghabiskannya untuk aktivitas rekreatif; atau ketiga, jenis orang yang sibuk dan punya waktu luang sedikit, tetapi malas mengisi waktu luang itu untuk kegiatan produktif. Orang yang totaly and extremely busy tak bisa disalahkan sama sekali jika malas membaca dan menulis. Jenis kedua dan ketiga inilah yang sebenarnya berkemungkinan besar menulis bukunya sendiri. Asal ada hasrat besar, mampu mengatur dan memanfaatkan waktu, dan punya teknik yang tepat.

Teknik yang saya ajukan berikut ini bukanlah cara untuk merampok waktu-waktu produktif atau waktu rekreasi anda. Justru yang saya tawarkan adalah pemanfaatan waktu secara simultan antara proses kreatif menulis buku dengan segala kesibukan anda yang tak mungkin ditinggalkan. Prinsipnya adalah mengajak anda melakukan dua aktivitas pada saat yang sama atau hampir bersamaan, berikut menyediakan waktu khusus dan terprogram untuk menuntaskan apa yang anda peroleh dari aktivitas sebelumnya.

Ok, sekarang sediakan selembar kertas dan pensil untuk mengikuti evaluasi waktu efektif anda sehari-hari. Cobalah untuk menghitung rata-rata penggunaan waktu untuk setiap contoh item pertanyaan berikut ini:

1. Jam berapa anda bangun pagi?
2. Berapa banyak waktu anda habiskan untuk olah raga sebelum masuk ke kamar mandi?
3. Berapa banyak waktu yang anda pakai untuk duduk di toilet dan mandi pagi?
4. Berapa banyak waktu anda pakai untuk sarapan pagi di rumah?
5. Berapa lama perjalanan anda dari rumah ke kantor?
6. Apa yang biasa anda lakukan selama dalam perjalanan tersebut?
7. Berapa lama anda gunakan waktu untuk pemanasan di kantor sebelum benar-benar mengerjakan pekerjaan anda?
8. Berapa lama waktu anda gunakan untuk memimpin rapat-rapat?
9. Berapa lama waktu anda habiskan untuk istirahat makan siang dan mengobrol dengan rekan kerja?
10. Berapa lama waktu anda gunakan untuk lembur di kantor?
11. Jam berapa anda tiba di rumah?
12. Jam berapa anda pergi ke kamar tidur?

Tak Perlu Nunggu DipenjaraSocialTwist Tell-a-Friend

Latihan Aktualisasi Potensi Kreatif

Diposting oleh Unknown di 08.05 0 komentar

Latihan Aktualisasi Potensi Kreatif

Dua artikel sebelumnya telah membahas apa saja aral kreatifitas (creativity blocks) serta tujuh kebiasaan orang-orang kreatif. Tidak terlalu sulit mengidentifikasi aral kreatifitas, karena sebagian besar dari kita memilikinya, atau secara tak sengaja memeliharanya. Pun tak terlalu sulit mengenali kebiasaan-kebiasaan apa yang membuat orang-orang kreatif jadi begitu produktif. Namun, bagaimana cara mengaktualisasikan potensi kreatifitas yang ada pada diri setiap orang? Aktivitas-aktivitas apa saja yang bisa mengeliminir aral kreatifitas dan sebaliknya merangsang aktualisasi potensi kreatif?

Sesungguhnya, latihan-latihan sederhana sudah bisa menstimulasi kondisi mental dan pikiran untuk lebih siap menjalani proses kreatif. Seperti diungkapkan sebelumnya, banyak penghalang kreatifitas berasal dari konstruksi pikiran (frame of thinking), kondisi psikologis, dan kebiasaan-kebiasaan yang konsisten. Faktor-faktor ini membekukan potensi kreatif. Dan, jika kondisi mental dan pikiran tidak siap atau menolak, proses kreatif pun tidak bisa dipaksakan.

Latihan-latihan sederhana berikut ini berfungsi untuk menggelitik sisi-sisi pikiran dan mental, sampai pada titik di mana tercipta kondisi yang lebih terbuka. Disambung kemudian dengan latihan mengasah kemampuan dan teknik kreatif dalam berbagai bentuk dan tingkatannya. Berikut latihan-latihan yang dianjurkan:

1. Berpikir kebalikan
Sungguh, pikiran kita begitu terlatih untuk berpikir atau memandang sesuatu dengan cara yang begitu terstruktur. Kita selalu berpikir dengan satu sudut pandang tertentu, berdasarkan posisi yang kita yakini kebenarannya, yang sudah semestinya begitu, dan sebisa mungkin tidak diubah. Kita terfokus pada satu titik tertentu, dan biasanya mengabaikan titik yang lain.

Taruhlah, jika Anda adalah seorang yang selalu berpikir positif, maka secara otomatis Anda akan menolak segala bentuk pikiran negatif. Jika Anda sangat fanatik dengan data-data kuantitatif, Anda tak akan bisa dibuat percaya dengan asumsi-asumsi non-statistikal atau kualitatif. Jika Anda sangat berorientasi pada profit, Anda pun akan sulit menerima pertimbangan-pertimbangan yang berorientasi sosial.

Nah, latihan ini menuntut Anda untuk 'merelakan' diri berkelana ke alam pikiran yang secara diametral berlawanan. Berkelana dalam arti kemampuan untuk melepaskan pola pikir sebelumnya, mencoba menggunakan pola lawan, dan 'mengalami' (berproses) dalam pola tersebut. Contohnya, kalau Anda terpola untuk menghasilkan prediksi bisnis dengan out put selalu positif, maka sekali waktu, buatlah prediksi dengan out put negatif.

Hal terpenting di sini adalah proses mengalami sesuatu yang sebaliknya dari yang sudah biasa. Latihan ini menstimulasi pikiran untuk terbuka pada perspektif yang lebih segar atau kemungkinan-kemungkinan lain yang selama ini terlewatkan.

2. Mencoba hal baru
Kita semua memang menyukai hidup dalam sona kenyamanan dan kemapanan. Kalau sekarang sudah baik, jangan ada pikiran untuk mengubahnya. Ini membekukan potensi kreatif. Mencoba hal-hal baru adalah esensi kreatifitas. Sekalipun Anda begitu fanatik dengan sesuatu pola, mode, cara, teknik, atau keyakinan tertentu, sekali waktu lakukan pemberontakan secara sengaja. Cobalah hal baru!

Pindah kantor, ganti lay out ruang kerja, bentuk tim baru, cari mitra baru, pindah supplier, coba bisnis sampingan baru, gunakan rute jalan baru, pakai moda kendaraan baru, ganti potongan rambut, ganti penampilan, pindah kontrakan, kunjungi restoran baru, ganti menu baru, kenali karakter yang sangat berlawanan, coba hobi-hobi baru, dll.

Esensi dari latihan ini adalah pada peneguhan diri, keberanian mencoba, sensasi saat merasakan perbedaan (feel the different), dan menemukan sesuatu yang lain. Ini akan mengkondisikan pikiran dan mental menjadi lebih terbuka bagi proses kreatif.

3. Kuantitas jawaban


Latihan Aktualisasi Potensi KreatifSocialTwist Tell-a-Friend

Kumpulan Tulisan, Mengapa Tidak?

Diposting oleh Unknown di 08.03 1 komentar

Kumpulan Tulisan, Mengapa Tidak?

"Kita tidak bisa memulai segala-galanya sekaligus"
Pramoedya Ananta Toer

Coba anda amati buku-buku karangan Hermawan Kartajaya, Renald Khasali, Gede Prama, Andrias Harefa, Roy Sembel, Handi Irawan, atau buku-buku dari pengarang lain yang sering mengisi kolom-kolom di berbagai media masa. Beberapa dari buku-buku mereka merupakan hasil kompilasi dari tulisan-tulisan pendek seperti kolom, esai, artikel opini, bahkan mungkin juga makalah yang diperbarui, yang dianggap punya nilai jual jika diterbitkan dalam sebuah buku kumpulan tulisan.

Dan jangan remehkan buku-buku seperti ini. Buku-buku kumpulan tulisan yang disusun pengarang-pengarang di atas ternyata disambut baik oleh pasar, bahkan tak sedikit yang menjadi best seller. Buku Handi Irawan berjudul 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan (2002) yang sukses di pasar itu bahan dasarnya juga tulisan-tulisan pendek yang sebelumnya tersebar di berbagai media massa dan kemudian disusun ulang oleh rekan-rekan Handi di Frontier. Sementara, di antara lebih dari 23 buku yang ditulisnya hingga awal 2004, Andrias Harefa malah berhasil menyusun setidaknya 5 buku kumpulan tulisan pendek yang jadi best seller, yaitu Sukses Tanpa Gelar (1998), 10 Kiat Distributor MLM (2000), Berwirausaha dari Nol (2000), MLM di Era Internet (2000), dan Agar Menjual Bisa Gampang (2002).

Kisah sukses buku kumpulan tulisan pendek seperti itu juga dapat dilihat dari sukses luar biasa serial Chicken Soup for the Soul yang disusun oleh Jack canfield dan Mark Victor Hansen. Buku serial Chicken Soup for the Soul berisi kisah-kisah yang syarat nilai kemanusaian, yang merupakan sumbangan tulisan dari banyak penulis dari beragam latar belakang. Kisah-kisah itu muncul dengan gaya dan cita rasa masing-masing, namun tetap bisa dicari benang merahnya, mengikat kisah-kisah tersebut menjadi buku yang memikat dan enak dibaca.

Pada awalnya, tak satu pun penerbit yang mau melirik proposal buku Jack Canfield dan Mark Victor Hansen ini. Tapi pecinta buku sering punya logika berbeda dengan para penerbit umumnya. Kenyataannya setelah diterbitkan, buku serial ini meledak di pasaran dan menjadikan kedua penulisnya nangkring di peringkat teratas di daftar pengarang paling top di Amerika Serikat versi New York Times dan USA Today.



Kumpulan Tulisan, Mengapa Tidak?SocialTwist Tell-a-Friend

Yang Paling Mudah Ditulis

Diposting oleh Unknown di 08.01 0 komentar
Yang Paling Mudah Ditulis
JURUS JITU MENULIS BUKU UNTUK ORANG SIBUK

"Mulailah dengan menuliskan hal-hal yang kau ketahui. Tulislah tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri. Itulah yang saya lakukan."
J.K. Rowling

Mungkin, yang paling membuat orang ngeri kalau hendak menulis buku adalah bayangan bahwa buku itu harus setebal dan sekomprehensif, misalnya, Business @ The Speed of Thought karangan Bill Gates yang terjemahannya setebal 417 halaman, atau Retire Young Retire Rich karya Robert Kiyosaki dan Sharon L. Lechter yang terjemahannya setebal 450 halaman. Atau yang lebih dasyat lagi, seperti buku Hermawan Kartajaya on Marketing karya Hermawan Kartajaya yang tebalnya mencapai 826 halaman!

Buku-buku tersebut jelas ditulis orang-orang yang sangat sibuk, sekalipun Kiyosaki misalnya, mengklaim memiliki banyak waktu luang karena sudah pada tahap menikmati passive income. Namun buku mereka memang mengangumkan karena selain menyajikan detail sisi-sisi praktis bidang yang mereka geluti, penulisnya juga mampu mengungkapkan visi-visi ke depan serta dengan pendekatan yang menyeluruh. Bahkan buku Hermawan Kartajaya yang sebenarnya 'hanya' sebuah kumpulan tulisan yang pernah dimuat di berbagai media masa, ternyata bisa dikemas secara komprehensif setelah ditambah dengan satu model marketing terbaru ciptaannya.

Bolehlah anda bermimpi bisa menyusun buku setebal buku-buku mereka. Tapi berhati-hatilah mengingat kesibukan anda yang segunung atau mungkin dunia tulis menulis bukanlah keseharian anda. Bahkan mereka yang sehari-hari bergelut dengan informasi dan dunia tulis-menulis, seperti para wartawan, peneliti, penerbit, editor buku, copywriter, atau script writer, sering pula mengalami banyak kesulitan saat menulis satu buku yang sederhana sekalipun.

Yang saya lihat, bukannya para profesional ini miskin ide seperti yang saya singgung sebelumnya. Bukan pula karena mereka tidak mampu menulis, wong menulis itu sudah merupakan aktivitas keseharian dan telah mendarah daging. Tapi, problemnya lebih pada pilihan bentuk buku, tema yang dipilih, serta penguasaan teknik penyusunan buku yang agaknya memang belum dikuasai dengan baik. Sebab lain, ketakutan bukunya tidak ada yang membaca, ditolak penerbit, berikut soal orientasi dan motivasi menulis buku yang memang sangat minim.

Bagi pemula, saya menyodorkan pilihan tiga tema buku yang besar kemungkinan bisa diselesaikan dengan lebih cepat. Nah, tema buku seperti apa? Sebuah buku yang sudah pasti bisa anda tulis adalah buku yang membahas tentang profesi, hobi, atau kisah hidup anda sendiri. Mengapa menulis tentang profesi atau bidang kerja kita sendiri? Alasannya, inilah tema yang hampir pasti anda kuasai dengan baik ruang lingkupnya, detail sejarahnya, sisi teknis dan sisi praktisnya, sisi pengembangannya, literatur pendukungnya, pengalaman-pengalaman menarik di dalamnya, tantangan dan reward-nya, sampai prospek profesi itu ke depannya. Kalau pun anda merasa penguasaan materinya belumlah selengkap itu, proses belajar untuk mendalami bidang anda sendiri tentu bukan hal yang terlalu memberatkan, bukan?


Yang Paling Mudah DitulisSocialTwist Tell-a-Friend

Mulailah dengan Mencoret-coret

Diposting oleh Unknown di 07.56 0 komentar
Mulailah dengan Mencoret-coret!
JURUS JITU MENULIS BUKU UNTUK ORANG SIBUK

"Banyak orang yang gagal menjadi pemikir besar hanya karena ingatannya terlalu bagus."
Friedrich Wilhelm Nietzsche
(Filsuf Jerman)

Segala sesuatu dimulai dari ide. Pada tahap awal hampir semua penulis buku membuat coretan-coretan ide di atas secarik kertas. Jika anda ingin menulis buku, mulailah dengan membuat coretan-coretan seperti ini untuk membuat ide-ide yang berserakan dan abstrak di kepala menjadi suatu rangkaian gagasan konkrit yang siap dikembangkan. Sebelum anda menuliskan ide itu dalam bentuk coretan, butir-butir pemikiran, atau peta ide, maka ide-ide itu belum berwujud. Jadi, langkah pertama yang harus anda lakukan adalah membuat ide abstrak menjadi wujud nyata.

Mungkin saat kita sibuk melakukan sesuatu, tiba-tiba tersembul ide menulis buku tentang topik yang menarik. Bisa saja ide itu muncul berbentuk judul yang provokatif. Semisal seperti yang saya alami saat mendapatkan ide untuk menulis artikel ini. Waktu itu saya sedang sibuk menyelesaikan beberapa tulisan untuk sebuah buletin yang akan tampil dengan format baru. Saat sedang asyik-asyiknya menulis artikel untuk rubrik Self-Development, mendadak muncul pertanyaan bagus seperti ini; bagaimana sih cara orang sibuk bisa menulis buku?

Tiba-tiba, sejenak perhatian saya terseret ke pertanyaan itu. Lalu tanpa diperintah, di kepala ini seperti ada bioskop yang memutar ulang film tentang teman-teman saya atau para profesional dan eksekutif yang ingin sekali menulis buku, tapi menemui banyak hambatan untuk mewujudkannya. Teringat beberapa narasumber penting yang pernah saya wawancarai, yang juga ingin membuat kenang-kenangan berupa buku bagi kolega dan keluarganya. Teringat sejumlah pesohor yang meskipun sangat sibuk toh akhirnya mampu menyusun buku. Juga teringat buku-buku best seller yang ditulis para penyibuk, tetapi sangat produktif dalam menulis judul-judul buku baru.

Hanya dalam hitungan menit, ide itu makin mengkristal melalui proses mengingat-ingat, melamun, membayangkan, dan terus bertanya apa, mengapa, bagaimana, kapan, dan di mana. Tarikan ide tadi begitu kuatnya sehingga saya rela menunda beberapa menit proses menulis artikel sebelumnya, kemudian dengan cepat beralih ke selembar kertas. Lalu saya menulis butir-butir pemikiran kilat tersebut dalam bentuk kalimat-kalimat pendek. Isinya, pertanyaan-pertanyaan (rumusan masalah), fakta-fakta di lapangan, asumsi-asumsi awal, bayangan pemecahan masalah, serta contoh-contoh yang relevan. Begitu muncul di kepala semua langsung saya tulis, tidak beraturan, dan benar-benar hanya merupakan catatan atas kilasan ide dalam bentuk kalimat pendek. Bentuknya belum beraturan, tapi gagasan dasarnya sudah didapatkan.

Usai menyelesaikan pekerjaan sebelumnya, barulah saya fokuskan perhatian pada coretan-coretan tadi. Saya analisis sekilas, mana ide-ide yang saling berdekatan, yang satu mendukung yang mana, apakah yang ini menjadi penghantar yang itu, apa ide ini menjawab permasalahan itu, begitu seterusnya. Ada semacam proses saling mengkaitkan ide-ide, mengelompokkannya, mencari sebab akibatnya, mencari benang merah di antara gagasan-gagasan tersebut, dan mencari kesimpulan-kesimpulan atau jawaban sementara. Dari proses inilah saya mampu menghasilkan outline kerangka sebuah buku yang kemudian saya tulis menjadi serial artikel pendek ini. Begitu outline tersusun, saya langung bisa mimilih kira-kira judul-judul artikel mana yang akan saya tulis lebih dulu.


Mulailah dengan Mencoret-coretSocialTwist Tell-a-Friend

Anda Berlimpah Ide

Diposting oleh Unknown di 07.53 1 komentar

Anda Berlimpah Ide

"Ilham datang dari kerja setiap hari."
Charles Pierre Baudelaire
(penyair Perancis)

Sebagai jurnalis dan penulis profesional, saya sering menemukan dua situasi cukup unik saat berbincang dengan narasumber, klien, maupun rekan-rekan seprofesi. Situasi pertama, ada di antara mereka yang ingin sekali menulis buku, tapi merasa tidak memiliki ide tema menarik yang menurut mereka layak ditulis. Situasi kedua, ada beberapa orang yang dengan lincahnya mampu menambang ide tema buku yang menarik, namun mereka tak pernah beranjak untuk mewujudkannya menjadi buku. Yang pertama merasa seolah blank, tidak tahu tema apa yang sebaiknya mereka garap. Sementara yang kedua lebih dipenuhi oleh keragu-raguan.

Saya sendiri percaya, bahwa yang namanya ilham, inspirasi, atau ide-ide menarik itu berlimpah adanya. Kadang semua hal tadi seolah seperti ladang di sekeliling kita yang siap dipanen oleh siapa saja. Bahkan dengan sedikit dipancing melalui pertanyaan saja, maka tampak sekali kalau kebanyakan dari kita itu berlimpah ide. Persoalannya, sering kita sudah cukup puas dan bangga jika punya ide. Padahal, keberanian dan hasrat 100% untuk mewujudkan ide-ide adalah kata kuncinya. Ini berlaku pada proses kreatif menulis buku.

Tak terbantahkan, kamar mandi adalah sumber ide. Anda barangkali juga sering mengalami mendapat ide-ide segar di sini, misalnya saat gosok gigi, saat keramas, saat menikmati guyuran air di kepala, saat bersenandung, saat berendam di bak mandi atau bersantai dengan pelampung di kolam renang. Yang lain barangkali pernah menemukan eureka! saat meditasi, saat menikmati perjalanan, melihat pemandangan alam, menikmati musik, film, karya seni, acara televisi, saat berselancar di internet, berdiskusi, brainstorming, bercanda dengan teman, atau saat mengamati sesuatu yang menarik perhatian.

Yang unik, dan saya berulang kali mengalami hal ini, ide-ide bagus bahkan bisa muncul saat seseorang sedang konsentrasi bekerja. Inilah situasi yang oleh Profesor Mihaly Csikszentmihalyi, pengarang buku Creativity - Flow and the Psychology of Discovery and Invention, digambarkan sebagai keadaan flow atau sedang mengalir. Dalam situasi ini, kita biasanya sedang asyik-asyiknya mengerjakan sesuatu dengan sepenuh hati. Lalu ide-ide tertentu mendadak muncul tanpa kita mengundangnya. Sekelebat, tapi sering memikat perhatian, sehingga kita seperti sedang mengalami jeda sejenak, terhanyut oleh kilasan inspirasi yang masih berbentuk khayalan.

Pada situasi flow ini, inspirasi atau gagasan bisa mengalir begitu derasnya. Jika berhasil mempertahankan keadaan ini, terkadang ide yang didapat bisa komplit dan detail. Kalau kita sedang bagus mood-nya, tubuh segar bugar, antusiasme tinggi, dan apa yang dikerjakan itu membuat kita senang melakukannya, menarik perhatian kita, maka kita pun akan mudah sekali mencapai flow.

Yang menarik, disadari atau tidak, umumnya kita pernah atau bahkan sering mengalami kondisi flow. Bahkan saya sendiri sering mengalami situasi-situasi yang agak unik. Tahukah anda, ide outline artikel bersambung ini saya dapatkan justru pada saat saya dikejar deadline dua buletin internal yang sedang saya tangani. Hebatnya, aliran ide buku ini muncul seperti gambar-gambar film di kepala saya, yang memberitahukan bagaimana serial artikel ini bisa disusun. Komplit mulai dari judul besar sampai isi artikel demi artikel, dari pengantar hingga penutup, semua mengalir begitu saja!



Anda Berlimpah IdeSocialTwist Tell-a-Friend

Menggali dengan Teknik Wawancara

Diposting oleh Unknown di 07.53 0 komentar
Menggali dengan Teknik Wawancara
JURUS JITU MENULIS BUKU UNTUK ORANG SIBUK

"Mendengarkan dengan baik dan menjawab dengan baik adalah salah satu penyempurnaan terbesar yang dapat diperoleh dalam percakapan."
Francois, Duc de La Rochefoucauldd
(Pengarang Perancis)

Sepanjang karier saya di dunia jurnalistik, saya sering menemui nara sumber yang ketika saya wawancarai menunjukkan bahwa yang bersangkutan memiliki penguasaan bidang yang mengangumkan, gagasan-gagasan brilian, serta visi-visi yang sangat bagus. Mereka ini terdiri dari para CEO, entrepreneur, pengusaha mandiri, penjual sukses, manajer-manajer berprestasi, termasuk para trainer dan akademisi. Untuk keperluan media saya, kadang saya meminta mereka menulis kolom atau artikel opini mengenai topik-topik yang sangat mereka kuasai tersebut.

Namun, sering sekali mereka merasa tidak mampu menuangkan gagasan ke dalam tulisan, apa pun bentuknya. Beberapa mengaku pernah mencoba tapi hanya sampai pada outline dan judul tulisan. Setelah mencoba beberapa paragraf, mereka gagal mengembangkan dan menyelesaikan tulisan tersebut. Alasan mereka, pikiran tiba-tiba mentok dan ide-ide yang semula mengalir tiba-tiba macet. Alhasil, antusiasme menulis pun turun drastis dan mereka menyerah.

Lain suasana saat mencoba menulis, lain pula suasana saat wawancara. Uniknya, para narasumber saya ini sangat menikmati diskusi yang terbangun saat saya mewawancarai mereka. Gampang ditebak, muncul banyak sekali gagasan-gagasan menarik yang kadang mereka sendiri tidak tahu dari mana datangnya. "Saya senang sekali dengan wawancara seperti ini. Ide saya bisa keluar semua," tutur Purdi E. Chandra saat saya wawancarai. Bos grup Primagama ini ia mengakui bahwa sebuah wawancara bisa menstimulasi pemikirannya untuk memberikan jawaban-jawaban yang cerdas (hasil wawancara ini beserta dengan tokoh-tokoh pengusaha suskes lainnya telah diterbitkan oleh Penerbit Gradien menjadi sebuah buku berjudul Kalau Mau Kaya Ngapain Sekolah!, 2004).

Untuk orang-orang tertentu, pemikiran-pemikiran yang bagus itu letaknya jauh di sudut ingatan mereka. Sesungguhnya, secara tidak sadar inti-inti pemikiran tersebut muncul sepotong-sepotong dalam setiap kesempatan, seperti saat berdiskusi, presentasi, menanggapi suatu permasalahan, atau saat berproses untuk mengambil keputusan. Hanya saja, pemikiran-pemikiran ini mungkin jarang atau tidak pernah dikemas dalam suatu bentuk terstruktur seperti bahan presentasi. Jadi pemunculannya dalam bentuk yang lebih runtut dan lengkap membutuhkan stimulasi tertentu seperti dalam wawancara atau diskusi.

Menggali dengan Teknik WawancaraSocialTwist Tell-a-Friend

Mulai dari Bab yang Anda Suka

Diposting oleh Unknown di 07.51 0 komentar
Mulai dari Bab yang Anda Suka
JURUS JITU MENULIS BUKU UNTUK ORANG SIBUK

"Pertama, kamu memerlukan semangat atau dorongan melakukan yang kamu sukai. Semangat adalah tenaga yang membakar hasrat mencipta."
Teresa Amabile
(Pakar kreatifitas)

Entah mengapa, sejak SD saya suka mengerjakan soal ulangan dari soal-soal yang paling mudah dikerjakan. Saya juga teringat saat UMPTN (sekarang SPMB), total soal-soal yang saya kerjakan selalu dari yang paling mudah dulu. Bahkan saya suka iseng-iseng mengerjakan soal dengan cara dibalik, yaitu mulai mengerjakan dari nomor paling belakang. Kadang saya kerjakan dengan cara di-clong-clong (istilah jawa) atau di acak nomornya. Ternyata, kebiasaan ini lumayan membantu saya dalam dunia penulisan, yaitu memberi variasi pilihan.

Untuk media yang saya tangani, tak jarang saya menulis laporan atau menganalisis berita mulai dari bagian yang paling inti, baru disusul kemudian bagian penjelas dan terakhir pengantar atau penutup. Semisal, saya pernah menulis tiga seri tulisan kolom tentang bagaimana meningkatkan kreatifitas. Saya tidak memulai tulisan itu dari definisi dan teori kreatifitas, tapi dari kiat-kiat dan contoh-contoh aktivitas kreatif. Usai memaparkan inti tulisan, saya merasa mudah memberi pengantar berupa kutipan-kutipan konsep kreatif, berikut pengantar dan penutupnya. Proses menulis jadi mengalir, begitu mudah dikerjakan dan lancar penyelesaiannya.

Buku pertama saya Kontekstualisasi Ajaran I Ching (Grassindo, 2004) juga saya tulis dengan cara diclong-clong. Buku setebal 205 halaman lebih itu terdiri dari pengantar, isi (64 bab pendek), dan tanya jawab. Semula saya mulai dari bab 1-6, tiba-tiba saya merasa agak jenuh melanjutkannya. Lalu saya coba mulai dari bab 64 jalan mundur sampai bab 50. Lalu dari depan lagi, bab 7-15, begitu seterusnya, selang-seling. Ternyata cara ini mempercepat proses penulisan, menghilangkan rasa jenuh karena ada variasi, dan membuat saya mampu menyelesaikan draft buku ini hanya dalam 36 hari! Apakah hal ini juga sering terjadi pada penulis lain? Sepertinya banyak juga yang begitu.

Tidak ada aturan yang mengharuskan anda menulis buku mulai dari kata pengantar, lalu batang tubuh atau isi, baru diakhiri dengan kesimpulan atau penutup. Anda bebas memilih di mana bisa memulainya. Banyak kasus membuktikan, memulai dari bab yang paling kita suka dan kita kuasai jauh lebih memotivasi dan memperlancar proses menulis secara keseluruhan. Andrias Harefa dalam bukunya Agar Menulis-Mengarang Bisa Gampang (Gramedia, 2002) menegaskan hal yang sama. Menurutnya, bagi penulis pemula, memulai dari hal-hal yang paling mudah ditulis akan menumbuhkan rasa percaya diri dalam menyelesaikan karangan.


Mulai dari Bab yang Anda SukaSocialTwist Tell-a-Friend

Menulis Cepat

Diposting oleh Unknown di 07.48 0 komentar
Menulis Cepat

JURUS JITU MENULIS BUKU UNTUK ORANG SIBUK

"Kalau ada seseorang yang ingin menulis dengan gaya yang jelas, lebih dulu dia harus jelas dalam pemikirannya."
J.W. von Goethe
(Pengarang Jerman)

Ini jurus terpenting bagi para penyibuk yang sedang menggarap sebuah buku. Jika anda sedang mengalir, jangan pernah berhenti! Jika ide sudah tergambar di kepala, segeralah tulis dengan cepat sampai aliran ide itu habis tuntas. Pertahankan semangat, irama antusiasme menulis, dan jangan pernah menyimpan aliran ide untuk ditulis kemudian. Ini tidak bisa ditawar-tawar lagi. Mengapa?

Alasannya, jika sudah mulai menulis, berarti anda berperang dengan waktu yang sedemikian terbatas. Akan lebih menguntungkan jika anda mengefektifkan waktu yang tersedia sekalipun itu sangat pendek, dibanding misalnya anda menunda menulis demi menunggu datangnya waktu yang lebih longgar. Penantian ini sia-sia! Ide-ide lama akan segera terlindas oleh ide-ide baru yang lebih memikat, dan apa yang ingin anda tulis sebelumnya hanya tinggal seonggok ide usang. Mengapa usang? Bisa jadi dalam waktu yang tidak terlalu lama anda menemukan buku dengan tema serupa dengan ide anda, namun ditulis oleh pengarang lainnya.

Yang namanya mood sering berubah-ubah dalam tempo yang sangat cepat. Ayu Utami, novelis yang melejit dengan novelnya Saman, tegas-tegas menyatakan, mood harus didisplinkan, dijaga, dan dibangun. Novelis yang sebelumnya adalah seorang wartawawati ini mengaku bisa membangun mood-nya saat pagi atau malam hari. Nah, apakah waktu-waktu senggang anda yang sedikit memungkinkan pembangkitan mood seperti itu? Anda harus menemukan dan membangkitkan sendiri.

Seperti saya singgung di artikel sebelumnya, buku pertama saya Kontekstualisasi Ajaran I Ching yang tebalnya 205 halaman lebih itu berhasil saya selesaikan draft-nya hanya dalam waktu 36 hari. Memang, pemolesannya makan waktu hampir setengah bulan mengingat saya lebih percaya diri mengajukan naskah ke penerbit dengan kesalahan redaksional sesedikit mungkin. Belajar dari pengalaman inilah saya benar-benar menekankan arti penting menulis cepat saat anda berhasil mendapatkan kondisi flow. Kondisi mengalir ini benar-benar berharga!

http://www.pembelajar.com/

Menulis CepatSocialTwist Tell-a-Friend

Cara Menulis Yang Menarik

Diposting oleh Unknown di 07.46 1 komentar
Cara Menulis Yang Menarik

Tulisan yg menarik, meski di bwh ujung2nya sedikit promosi hehe...
Semoga berguna.

Nice week end...

halo sahabat,

sering ada pertanyaan, bagi yang mau belajar menulis, bagaimana caranya menulis
yang menarik?

coba diperhatikan, setiap hari puluhan tulisan masuk ke Milis, namun yang
menarik hanya beberapa saja.
Bagaimana caranya bisa menarik perhatian pembaca?

beberapa paradigma yang sering salah terjadi pada para calon penulis.

1. menulis itu hasilnya tulisan yang sifatnya seperti benda mati. ibarat bikin
patung, jadi patung mati.

Nah, inilah bedanya.... dia tidak melihat sebuah tulisan itu hidup. Coba anda
dengarkan lagunya Rossa yang baru judulnya Cinta, karangan lama Titik Puspa.

Anda mendengarnya akan menangis tersedu-sedu, seperti disayat sembilu, jantung
anda akan berdegup lebih kencang, mata anda membasahi pipi, dan anda akan
terenyuh, betapa jeritan anak manusia akan arti Cinta.

Kok bisa?

Nah, menyanyi itu sama dengan menulis.

Kalau anda menulis dengan format resmi model Maju Tak Gentar, tentu berbeda
dengan gaya Kelly Clarkson menyanyi Because of you.

Menulis itu mengkomunikasikan makna isi hati anda kepada pembaca. Seperti
melihat lukisan, ada yang menangis, ada yang terenyuh, ada yang EGP, capek
deh.... karena dia buta seni lukis.

Lalu bagaimana menipukan kehidupan kepada tulisan?
Berikan isi hati anda yang terdalam.

Kalau menulis jangan....

Stadion penuh berisi banyak pendaftar Trans Corp, tercatat ada 65,000 pendaftar
yang menghadiri stadion, itu model Maju Tak Gentar.

Semua orang disuruh menyanyi selalu lagu maju tak Gentar, kalau tidak Halo-halo
Bandung.

Cobalah menulis....

Stadion yang panas terik, sungguh menggosongkan semangat para pencari kerja,
dengan peluh bercucuran, membasahi seluruh jiwanya, karena sudah lelah menanti
harapan tak kunjung datang, dan Trans Corp datang dengan heboh dengan gegap
gempita menyongsong duka para pencari kerja dengan harapan... Nyatakah harapan
itu, atau hanya secercah cahaya di tengah kegelapan tak pasti. Para pelamar
tergopoh-gopoh datang
memenuhi stadion tempat harapan para pencari kerja hanya mencari sesuap nasi,
di tengah kegalauan hatinya yang sudah pedih, pilu merana mengharapkan masa
depan tak pasti.

Anda sudah mengambil tissue?

2. Tulisan itu tergantung dari isinya. tidak. tulisan itu tergantung
deliverynya, ibarat makanan
bergizi, penuh karbohidrat, protein, nutrisinya bagus, tapi disajikan jelek,
warnanya tidak membangkitkan selera, maka mau dimakan juga terasa seperti bubur
Promina.

3. Tulisan tergantung ide, tergantung cara memulainya, seperti anda mau
berenang, mau langsung gaya dada, gaya katak, gaya bebas, malah terlalu banyak
dipikir jadinya gaya batu

Menulis itu menyambung hati anda ke telunjuk dan jari tengah anda (bagi yang
mengetik dengan 11 jari). Bagaimana cara menyambungnya...... harus dicoba.

Setrumlah hati anda, bagaimana hasilnya? Jantung kita itu kadang dimonitor
dengan mesin EEG keluarnya tut, tut, tut, kalau tuuuuuuut anda mati.

Tulisan juga begitu, kalau tut, tut, tut bernyawa.
Kalau tuuuuuuut capek deh, orang tidak membaca.

4. Tulisan itu tergantung kemampuan bahasa anda.
coba anda baca tulisan berikut ini...
Rumah Kaiu
kalau anda membacanya tanpa perhatian, terbaca..
hcvd uil3byobv
tidak ada artinya bukan?
kalau anda memberi perhatian, dan tulisan itu mengalir, pasti terbaca...
RUMAH KAYU, bukan
jangan takut dengan tata bahasa, asal jangan bahasa sms saja.

5. Menulis tergantung dari berapa banyak buku-buku yang anda baca.

bukan begitu, itu namanya mengetik ulang. Kalau menulis anda cukup memiliki
satu buku;

Buku Hati

Anda tinggal membaca isi hati anda dan membantu menuliskan saja. Kadang anda
akan emnulis tanpa sadar, tiba-tiba menjadi sebuah tulisan bermakna.

salam,
Goenardjoadi Goenawan
Penulis Rubrik Pengembangan Diri Majalah Komunitas Ad
Info


Cara Menulis Yang MenarikSocialTwist Tell-a-Friend

Jurus Jitu Menulis Bagi Orang Sibuk

Diposting oleh Unknown di 07.41 0 komentar

Menulis Bersama Penulis Profesional
JURUS JITU MENULIS BUKU UNTUK ORANG SIBUK

"Anda harus melakukan hal yang anda pikir tidak dapat anda lakukan."
Eleanor Roosevelt

Ini adalah alternatif terakhir yang sebenarnya hanya perlu dipilih jika anda benar-benar sudah angkat tangan dengan keseluruhan proses penulisan buku. Namun ini bukan cara yang sama sekali harus dihindari. Bahkan, ini menjadi salah satu cara ampuh untuk mewujudkan impian anda. Banyak orang-orang sibuk yang karena berbagai alasan sama sekali tidak bisa meluangkan waktu untuk menulis dengan baik. Mau tak mau, demi sebuah impian, menggunakan penulis profesional adalah alternatif yang sah.

Tidak bisa dimungkiri, bagi orang-orang tertentu, menulis itu kadang memang sama sekali asing dan begitu sulit untuk dilakukan. Ketika mereka belajar menulis dari nol, ada saja kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Sementara memaksakan diri menulis akhirnya toh tetap sulit diwujudkan dalam waktu singkat. Padahal, menulis benar-benar diinginkan dan diyakini akan mendatangkan nilai tambah. Dalam situasi seperti ini, tidak berarti orang harus berhenti atau mengubur keinginannya untuk membuat sebuah buku.

Di sinilah peran penting para penulis profesional. Ada tiga model penggunaan tenaga profesional di sini. Pertama, jika waktu luang anda untuk menulis sama sekali tidak ada, anda bisa menggunakan jasa seorang ghost writer (penulis bayangan). Seorang ghost writer adalah penyedia jasa penulisan dengan profesional fee tertentu, yang dapat diminta menulis untuk dan atas nama anda. Anda cukup memberikan pokok-pokok pikiran (outline), bahan-bahan penulisan, dan menyampaikan tujuan-tujuan penulisan buku itu sendiri. Berikutnya, si penulis bayangan akan membuatkan tulisan berdasarkan pesanan dan bahan-bahan tersebut menjadi sebuah buku sesuai dengan keinginan anda. Ini memang cara menulis buku yang paling tidak merepotkan.

Kedua, anda dapat mengajak seorang penulis profesional sebagai co-writer atau penulis pendamping. Di sini anda mengajak seorang penulis profesional untuk berdiskusi, menetapkan tujuan penulisan buku, mengumpulkan bahan, dan menulis bersama-sama. Prakteknya, kebanyakan penulis pendampinglah yang menjalankan seluruh proses penulisan buku, sementara penulis utama hanya menyediakan bahan-bahan tertulis atau memberikan wawancara. Penulis pendamping di sini hampir sama fungsinya dengan penulis bayangan. Bedanya, nama si penulis pendamping harus dicantumkan di buku bersama si penulis utama.

Ketiga, anda dapat menggunakan jasa editor. Jika anda mampu menyelesaikan draft awal buku, namun untuk pengayaan, editing redaksional, dan gaya bahasa, anda merasa kurang PD atau tak lagi punya waktu, maka inilah saatnya menggunakan jasa editorial dari seorang editor/penulis profesional. Sebenarnya di setiap penerbit buku disediakan seorang editor untuk mengolah dan merapikan setiap naskah buku yang masuk. Tetapi bukan rahasia lagi kalau naskah buku yang sudah rapi duluan akan memudahkan penerimaan oleh penerbit. Jadi memanfaatkan jasa editor/penulis profesional akan sangat membantu.



http://www.pembelajar.com

Jurus Jitu Menulis Bagi Orang SibukSocialTwist Tell-a-Friend

5 Cara Menulis Cerpen

Diposting oleh Unknown di 06.49 24 komentar
5 Cara Menulis Cerpen

Menulis cerpen itu mudah. Sama seperti kalau kita berbicara, bercerita, hanya bedanya menulis cerpen adalah bercerita dengan tulisan. Jadi lupakan segala teori penulisan cerpen yang muluk-muluk dan mulailah bercerita…Oke daripada mbulet gak karuan sekarang langsung ke langkah pertama :

1. Nyalakan komputermu, mulailah menulis kata pertama….terserah tidak harus bingung milih kata. Kalau susah cobalah dengan kata… “Pada suatu hari.” .ntar gampang kalau mau di edit.


2. Mulailah dengan sudut pandang orang pertama. Jangan salah, sudut pandang ini sering dipakai oleh novelis besar seperti John Grisham, atau almarhum Michael Crichton yang menelorkan karya Jurassic Park.

Contoh :
Pada suatu hari aku sedang mengetik di kamarku, lalu tiba-tiba Shanti memanggilku, “ Ron, Ronny.., kamu lagi ngapain? “ Aku diam saja sambil membatin “ngapain sih cewek ini gangguin aja” .Aku kembali menulis cerpenku dst

1. Hapus semua kaidah penulisan cerpen yang kamu dapat dari bangku SD sampe kuliah, karena itu hanya menghambat kreatifitasmu, bayangin aja gimana mau nulis kalo aturannya banyak banget, Harus bikin kerangka karanganlah, harus ada idepokoklah, harus EYD lah harus baku kalimatnya, harus tanda bacanya bagus , harus deskriptif. Padahal banyak lho penulis yang menulis gak jelas tapi malah terkenal karena dinggap cerpennya misterius hehehe, padahal mungkin emang lupa ngasih ending..so jangan khawatir. Menulis cerpen dulu mikir belakangan ..
2. Trus gimana bikin cerpen yang bagus? Gak ada ide? halah ..ide itu otomatis selalu ada di kepalamu, gak perlu melamun cari inspirasi, cukup tulis kehidupanmu sehari ini saja.. Coba lihat salah satu syairnya slank..”aku langsung bangun dan bakar rokok..” nah gitu aja jadi lagu terkenal.. coba lihat contoh :

Waduh, aku terlambat kuliah nih. Padahal Jakarta selalu macet. Belum mandi nih, mandi dulu ah.. , Eh lagi asiknya mandi tiba tiba handphoneku bunyi. Gimana nih, terpaksa deh aku keluar dari kamar mandi berlilit handuk masih basah kuyup. Yak, berhasil mencapai handphone dan kuangkat “ halooowww..” ……dst

5. Dah gitu aja, kalo banyak2 malah gak nulis2, selamat berkarya cerpenmaniaaa…, kalo kesulitan kembalilah ke poin 1


5 Cara Menulis CerpenSocialTwist Tell-a-Friend
 

Belajar Menulis, Belajar Menulis Artikel, Belajar Menulis Berita, Belajar Kuliah Copyright 2009 Reflection Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez Distributed by Deluxe Templates